Jihad di Penjara Suci. eps. 1

Jihad di Penjara suci 
Eps. 1

A
ngin berhembus kencang membangunkan para santri untuk bersiap sholat shubuh, mereka kedinginan, tapi apa boleh daya mereka ihklas untuk dating ke masjid dengan memakai koko lengkap dengan sejadah dan kopiah, adzan pun berkumandang para santri bergegas untuk melaksanakan sholat shubuh,  para ta’mir masjid[1] pun melaksanakan tugas nya untuk membangunkan para santri yang mengantuk saat membaca wiridan, semprotan demi semprotan mereka lakukan kepada santri supaya untuk bangun kembali, dingin namun pasti mereka tahan kedinginan itu dengan cara ihlas kepada allah swt, itulah perjuangan kami di penjara suci ini pesantren ku tercinta.
Nama ku Mehmed, aku tinggal di kota industry yaitu Bekasi, aku tinggal disana dengan keluarga ku, sebenarnya sih aku bukan orang bekasi, Toh, keluargaku sering pindah rumah dengan alasan pekerjaan ayahku. KeluargaKu lahir di berbagai daerah ada yang di tasik, bekasi, Palembang, dan Cirebon. Tapi keluarga kami besar di Tasikmalaya, kota yang dikenal sebagai kota santri, dan disinilah aku sekolah, pesantren Riyadlul ulum wadda’wah.
###
            Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di penjara suci ini, pesantren ini dikenal sebagai sekolah modern islam yang berbasis 3 krikulum sekaligus, yaitu nasional, salafy, dan gontor. Dan juga sekolah ini dilengkapi dengan bahasanya yaitu arab dan inggris. 26 july 2015 hari pertama aku masuk ke pesantren ini banyak santri baru yang menangis merindukan orang tuanya dan aku pula termasuk santri-santri baru yang menangis itu, sedih namun pasti ditinggal orang tua adalah hal yang paling santri rindukan, aku pun diarah oleh kakak-kakak OSPC disana organisasi pesantren dinamai OSPC kalau di sekolah negri mereka sering disebut OSIS, aku pun diarahkan olehnya untuk masuk ke sebuah asrama yang bernama Hasan al-bana, aku pun disuruhnya untuk mencari lemari yang nantinya aku bisa menyimpan baran-barang ku di lemari tersebut.
            Setelah membereskan lemari aku mulai bosan di asrama ini, akupun keluar dan berkeliling di sekitar pondok,  pondok ini lumayan luas  sehingga aku lupa jalan untuk mencari jalan untuk pulang ke asrama ku, aku mulai bersenggrama dengan alam sekitar dengan melewati gedung-gedung yang tinggi nan kokoh, dan aku juga mulai berkenalan dengan santri-santri baru dan mulai bersosialisasi dengan mereka. Para santri baru dating dangan  mobil-mobil nya membuat jalan di pondok ini menjadi sempit dan membuat kemacetan yang panjang.
            Hari pun mulai senja, para tamu mulai pulang kembali, pondok pun mulai kembali normal dan waktu pun mulai menunjukan jam 17:00 sore,  bel pun berbunyi menandakan bahwa akhir dari aktivitas mulai berhenti, para santri bergegas bersiap untuk mandi dan makan sore. Hingga tepat pukul 17:30 bag,keamanan menghitung para santri baru untuk pergi ke masjid untuk bersiap sholat maghrib, setelah sholat maghrib para santri baru pun dipanggil untuk berkumpul di asrama nya masing-masing untuk mengadakan pengabsenan dan perkenalan.
###
            Ada 135 lebih santri baru disini, kami pun dipanggil satu persatu oleh ustad senior, ustad itu bernama ustad budi, ustad mantan alumni pondok pesantren Gontor, mereka dipanggil satu persatu dan maju kedepan mereka pula memperkenalkan dirinya, dan ternyata bukan hanya daerah jawa barat saja ternyata banyak pula yang tinggal di luar jawa barat, seperti halnya  teman pertama aku yang bernama Heru dia berasal dari Palembang, gaya bicaranya sih lumayan ngerti soalnya dia memakai bahasa Indonesia khas melayu,  setelah kumpulan selesai kami pun beranjak pergi ke masjid kembali untuk melakukan sholat isya, disini agak lumayan aneh juga soalnya kalau disini waktu untuk sholat itu lumayan berbeda dengan yang diluar, seperti hal nya sholat isya disini sholat isya dilaksanakan pukul 20:00, tapi disini karena sholat maghrib sampe sholat isya agak lama karena disini dipakai untuk mengaji kitab dhulu atau sering disebut dengan sorogan.
            Setelah sholat isya kami pun kembali ke asrama masing-masing untuk melakukan perkenalan kembali dengan mudabbir[2] yang nanti nya mereka akan mengurus kami di asrama Hasan Al-bana ini





[1] Pengurus masjid
[2] Pengurus asrama